Korban Gempa Maroko Meningkat 2.500 orang tewas, banyak korban terjebak di bawah reruntuhan

Kabar-malaka.comMaroko berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan mereka yang terjebak di bawah reruntuhan akibat gempa pada Jumat (08/09), ketika upaya penyelamatan darurat berjuang memasok bantuan ke daerah-daerah terpencil.

Penduduk desa terus menggali dengan tangan dan sekop untuk menemukan korban yang selamat, sementara tim penolong kesulitan membawa peralatan berat.

Peralatan seperti itu juga diperlukan untuk menyiapkan kuburan bagi ribuan orang yang meninggal akibat gempa tersebut.

Warga “tidak punya apa-apa lagi,” kata seorang penduduk desa kepada BBC. “Warga kelaparan. Anak-anak butuh air. Mereka butuh bantuan.” Demikian dilansir dari TV Pemerintah Maroko, Selasa (12/9/2023).

Gempa Maroko pada hari Jumat itu merupakan gempa paling mematikan di negara itu dalam 60 tahun terakhir dana melanda beberapa desa di kawasan pegunungan terpencil di selatan Marrakesh.

Sesuai data yang dilansir Pada Senin (11/09), Kementerian Dalam Negeri Maroko melaporkan bahwa sedikitnya 2.497 orang tewas dan 2.476 lainnya mengalami luka-luka.

Jumlah tersebut meningkat dari sebelumnya, yaitu 2.122 orang tewas dan lebih dari 2.421 orang terluka.

Gempa berkekuatan 6,8 skala Richter meluluhlantakkan rumah-rumah, memblokir jalan-jalan dan mengguncang bangunan-bangunan hingga ke pesisir utara negara itu.

Kota tua Marrakesh, yang merupakan situs Warisan Dunia Unesco, mengalami kerusakan.

Raja Maroko Mohammed VI telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional pada Sabtu, karena dampak dari gempa tersebut.

Unit perlindungan sipil dikerahkan untuk meningkatkan stok bank darah, air, makanan, tenda dan selimut, kata istana.

Namun mereka mengakui bahwa beberapa daerah yang terkena dampak paling parah sangatlah terpencil.

Sehingga, tidak mungkin menjangkau mereka beberapa jam setelah gempa – periode paling krusial bagi banyak korban luka-luka.

Bebatuan yang longsor telah memblokir sebagian jalan – yang tidak dirawat dengan baik – menuju pegunungan Atlas, lokasi dimana banyak daerah yang terdampak paling parah.

Banyak bangunan hancur menjadi puing-puing di kota kecil Amizmiz, di sebuah lembah di pegunungan sekitar 55 km selatan Marrakesh.

Rumah sakit setempat kosong dan dianggap tidak aman untuk dimasuki. Para pasien malah dirawat di tenda-tenda di halaman rumah sakit – namun para staf kesehatan kewalahan.

“Saya menangis karena banyak sekali orang yang meninggal, terutama anak-anak kecil,” ujarnya.

Seorang pejabat rumah sakit, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan sekitar 100 jenazah dibawa ke sana pada Sabtu.

“Sejak gempa saya belum tidur. Tak satu pun dari kami yang tidur.” Katanya.

Di luar rumah sakit, jalanan dipenuhi puing-puing bangunan yang hancur, lalu lintas yang padat, dan korban jiwa akibat gempa.

Seorang perempuan meratap sedih dan dipeluk oleh orang-orang di sekitarnya.

Terdapat lebih banyak tenda di pinggir jalan untuk orang-orang yang kehilangan tempat tinggal, namun tidak semua orang memilikinya.

Puluhan orang tidur di atas permadani yang diletakkan di tanah di alun-alun.

Abdelkarim Brouri, 63 tahun, adalah salah satu dari mereka yang rumahnya sebagian runtuh dan tidak ada yang bisa melindunginya dari terpaan cuaca buruk.

Baca Juga :  Prabowo Resmikan Kantor DPD Gerindra di Banten

“Saya tidak bisa kembali ke rumah, dan berharap ada bantuan namun tidak ada bantuan dari luar. Jadi Kami saling membantu. Kami menggunakan selimut untuk membuat tenda,” kata Ali Ait Youssef, warga Amizmiz lainnya..

Di desa terdekat, gundukan kuburan yang ditutupi tongkat dan bebatuan menandai sekitar 100 orang warga yang meninggal.

Para penggali kubur bersiap-siap karena penduduk setempat mengatakan belum ada bantuan pemerintah, sehingga mereka harus mencari dan menguburkan sendiri korban meninggal.

Dalam tayangan pun ada Upaya dunia internasional untuk membantu dan upaya pemulihan juga sudah mulai meningkat.

Inggris mengatakan Maroko telah menerima tawaran untuk mengerahkan tim tanggap darurat, termasuk spesialis penyelamat, tim medis, anjing pelacak, dan sarana peralatan.

Spanyol dan Qatar juga mengatakan mereka menunggu permintaan resmi dari Maroko dan akan mengirimkan tim pencarian dan penyelamatan.

Prancis mengatakan pihaknya “siap” membantu tetapi menunggu permintaan resmi dari Maroko.

“Saat mereka meminta bantuan ini, bantuan itu akan dikerahkan,” kata Presiden Emmanuel Macron.

AS mengatakan “tim pencarian dan penyelamatan siap dikerahkan… Kami juga siap mengeluarkan dana pada waktu yang tepat.”

Turki, yang juga mengalami gempa dahsyat pada Februari yang menewaskan 50.000 orang, juga telah menawarkan, namun tidak menerima permintaan resmi.

Wartawan BBC melihat anjing pelacak Spanyol di sebuah desa di Pegunungan Atlas pada hari Minggu.

Caroline Holt, dari Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), mengatakan kepada Kantor Berita Reuters bahwa “dua hingga tiga hari ke depan akan menjadi waktu yang penting untuk menemukan orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan”.

Sementara itu, para kerabat mulai menguburkan puluhan korban meninggal di Desa Tafeghaghte yang hampir seluruhnya hancur, 60 km barat daya Marrakesh.

“Tiga cucu saya dan ibu mereka telah meninggal,” kata Omar Benhanna, 72 tahun. “Mereka masih di bawah puing-puing. Belum lama ini kami bermain bersama.”

Di kota Agadir, di sepanjang pantai selatan Atlantik, seorang perempuan bernama Hakima menggambarkan bagaimana dia meninggalkan desanya, Msouna, setelah kehilangan empat kerabatnya akibat “bencana” gempa.

Para tetangga menariknya keluar dari reruntuhan, katanya. Namun belum ada bantuan yang mencapai Msouna dan permukiman di sekitarnya.

“Keluarga saya kehilangan rumah, harta benda. Tidak ada lagi yang tersisa. Orang-orang kelaparan. Anak-anak hanya ingin air. Mereka butuh bantuan,” Pungkasnya.

Lebih dari 2.000 orang meninggal

Jumlah korban meninggal akibat gempa kuat di Maroko sejauh ini telah melonjak menjadi lebih dari 2.000 orang, sementara korban luka serius mencapai 1.400 orang.

Kementerian Dalam Negeri Maroko melaporkan korban dengan kondisi serius berada di provinsi-provinsi di sebelah selatan Marrakesh.

Raja Mohammed VI mengumumkan tiga hari berkabung nasional dan memerintahkan untuk menyediakan tempat penampungan, makanan, dan bantuan lainnya bagi para korban yang selamat. Banyak orang menghabiskan malam kedua di tempat terbuka.

Gempa berkekuatan Magnitudo 6,8 mengguncang Marrakesh dan banyak kota pada Jumat malam. Di daerah pegunungan terpencil, seluruh desa dilaporkan rata dengan tanah.

Baca Juga :  Bupati Simon Apresiasi Dekranasda Bawa Kabupaten Malaka Raih Penghargaan Apkasi Otonomi Expo 2022

Pusat gempa berada di Pegunungan Atlas Tinggi, 71 km (44 mil) barat daya Marrakesh – sebuah kota dengan status warisan dunia yang populer di kalangan wisatawan.

Namun getaran gempa juga terasa di ibu kota Rabat, sekitar 350 km jauhnya, serta Casablanca, Agadir dan Essaouira.

Gempa terjadi pada Jumat (08/09) pukul 23:11 waktu setempat (Sabtu, 9 September, pukul 05:11 WIB). Gempa susulan berkekuatan 4,9 terjadi 19 menit kemudian.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan jumlah korban tewas paling banyak berada di Provinsi Al Haouz diikuti Provinsi Taroudant.

Di sisi lain, jumlah korban tewas di Marrakesh jauh lebih sedikit, meskipun kota tua yang dilindungi Unesco ini mengalami kerusakan yang cukup parah.

Banyak rumah-rumah sederhana terbuat dari batu bata lumpur, bebatuan dan kayu di desa-desa pegunungan yang diyakini telah runtuh. Namun butuh waktu untuk menilai dampak kerusakan di daerah-daerah terpencil ini.

Ketika ia tiba di salah satu desa tersebut, wartawan BBC Nick Beake mengatakan, seorang wanita tua meratap karena 18 mayat telah ditemukan di satu tempat.

Banyak orang yang berkemah di sana untuk bermalam, katanya, karena mereka takut akan gempa susulan. Mereka mengatakan bahwa mereka sangat kekurangan makanan dan air.

Namun tempat-tempat seperti itu sulit dijangkau, dengan jalan pegunungan yang dipenuhi bebatuan dan puing-puing lainnya, sehingga menyulitkan akses bagi layanan darurat.

Bendera akan dikibarkan setengah tiang di semua bangunan publik di negara itu selama tiga hari ke depan, kata istana kerajaan dalam sebuah pernyataan.

Raja memerintahkan angkatan bersenjata untuk membantu tim penyelamat, dan warga Maroko menyumbangkan darah sebagai bagian dari upaya nasional untuk membantu para korban.

Ini merupakan gempa paling mematikan di Maroko sejak Agadir diguncang gempa berkekuatan Magnitudo 6,7 pada tahun 1960, yang menewaskan lebih dari 12.000 orang.

Gempa pada hari Jumat juga merupakan gempa paling kuat yang melanda Maroko selama lebih dari satu abad.

PBB menyatakan siap untuk membantu pemerintah Maroko dalam upaya penyelamatan – dan janji serupa juga datang dari beberapa negara termasuk Spanyol, Prancis dan Israel.

Negara tetangga, Aljazair, memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan Maroko dalam beberapa tahun terakhir, namun kini membuka wilayah udaranya untuk penerbangan kemanusiaan ke Maroko.

Kondisi 500 WNI di Maroko

Presiden Joko Widodo menyampaikan duka cita yang mendalam kepada rakyat Maroko melalui X (yang sebelumnya bernama Twitter).

Dalam keterangan kepada media, Kedutaan Besar RI di Rabat menyatakan telah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan komunitas Indonesia.

“Hingga saat ini tidak terdapat informasi adanya korban WNI. Delegasi Indonesia di Marakesh yang sedang mengikuti The 10th International Conference on UNESCO Global Geoparks 2023, juga terpantau aman,” sebut KBRI Rabat.

Baca Juga :  Bupati Malaka Terima Penghargaan Universal Health Coverage Award Dari Wakil Presiden RI

KBRI Rabat menegaskan akan terus memantau perkembangan situasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak mengenai kemungkinan adanya WNI yang terdampak. Terdapat sekitar 500 WNI yang tinggal menetap di Maroko.

Suaranya seperti jet tempur

Seorang pria mengaku dirinya merasakan “getaran hebat” dan melihat “bangunan bergerak” saat gempa berlangsung.

“Orang-orang kaget dan panik. Anak-anak menangis dan orang tua putus asa,” kata Abdelhak El Amrani kepada kantor berita AFP.

Dia mengatakan listrik dan saluran telepon mati selama 10 menit. Warga Marrakesh, Fayssal Badour, sedang mengemudi ketika gempa terjadi.

“Saya berhenti dan menyadari betapa besar bencana yang terjadi,” katanya kepada AFP sambil berjerit dan tangisan [orang-orang] tak tertahankan.”

Jurnalis Inggris, Martin Jay, yang tinggal di Maroko, mengaku terbangun oleh suara jeritan.

Dia mengatakan kepada program Today di BBC Radio 4: “Petunjuk pertama adalah istri saya berteriak. Kami berdua tertidur – tapi tidak tertidur lelap… dia mulai berteriak dan saya hanya semacam membuka mata tapi tidak bisa memahami yang sedang terjadi.

“Saya tidak bisa membayangkan berada di tengah gempa. Semuanya bergetar, tempat tidur, lantai, keempat dinding.” Ungkapnya.

Dia mengatakan masyarakat diberitahu untuk tidak kembali ke rumah mereka.

“Jadi saya mengalami malam yang aneh di hampir setiap kota di Maroko, kebanyakan orang duduk di tanah di luar rumah atau blok apartemen mereka, karena mereka takut ada gempa kedua yang mereka perkirakan akan terjadi dua jam kemudian. Syukurlah itu tidak terjadi.” Katanya.

Di Marrakesh, seorang warga bernama Mina Metioui mengatakan, suara yang terdengar seperti “jet tempur”.

“Hal berikutnya yang saya lihat, kamar saya bergerak, foto-foto, bingkai-bingkai mulai berjatuhan dari dinding,” katanya kepada BBC News. “Segala sesuatunya mulai jatuh. Saat itulah saya menyadari bahwa kami sedang mengalami semacam gempa bumi.

“Butuh beberapa detik, terasa seperti beberapa menit. Lalu saya mendengar orang-orang berteriak, keluar dari rumah… itu benar-benar pengalaman yang mengerikan.” Ujarnya.

Upaya penyelamatan kini sedang berlangsung, dengan banyak bangunan rusak parah.

Montasir Itri, warga di desa pegunungan Asni, dekat pusat gempa, mengatakan kepada kantor berita Reuters: “Tetangga kami berada di bawah reruntuhan dan orang-orang bekerja keras untuk menyelamatkan mereka menggunakan sarana yang tersedia di desa tersebut.”

Houda Outassaf sedang berjalan di sekitar alun-alun Jemaa el-Fna di Marrakesh ketika dia merasakan tanah mulai berguncang.

“Sungguh sensasi yang mengejutkan,” katanya kepada AFP. “Kami aman dan sehat tetapi saya masih syok.

“Setidaknya ada 10 anggota keluarga saya yang meninggal… Saya sulit mempercayainya, karena saya bersama mereka tidak lebih dari dua hari yang lalu.”tuturnya.

Gempa tersebut juga dirasakan di negara tetangga Aljazair, namun para pejabat mengatakan gempa tersebut tidak menimbulkan kerusakan atau korban jiwa.

Berbicara dalam KTT G20 di Delhi, Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan masyarakat internasional akan membantu Maroko.

Sumber://TV Pemerintah Maroko
Redaksi://Arro