Kabar-malaka.com – Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati, KITA-EBA tidak memiliki Konsep dalam Debat Publik Putaran Pertama Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Malaka Tahun 2024.
Debat tersebut berlangsung di Aula Dekenat Malaka-Betun, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Senin, (14/10/2024).
Diketahui, Debat publik putaran pertama diperuntukan bagi Calon Bupati, bukan Calon Wakil Bupati Kabupaten Malaka.
Terpantau Media dalam live Komisi Pemilihan Umum (KPU) melalui TVRI. Debat tersebut juga perlu ada Sekmen pendalaman Visi Misi oleh paslon 01, 02 dan 03.
Dalam sesi tersebut para paslon akan menjawab pertanyaan dari tim panelis dengan enam (6) sub tema yang ditentukan terkait Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, Pelayanan Publik, Revormasi Birokrasi dan Keuangan Daerah.
Selanjutnya sampai sesi tanyajawab antar paslon, Paslon Nomor Urut (01) kosong Satu, Dr. Simon Nahak, S.H., M.H dan Felix Bere Nahak, S.Pt dengan tagline SN-FBN mempertanyakan kepada Paslon nomor urut (03) kosong tiga KITA-EBA.
Paslo Nomor Urut (01) kosong satu SN mempertanyakan kepada paslon Nomor Urut (03) kosong tiga KITA-EBA yang berbunyi ; Coba jelaskan sekmen atau unsur-unsur apa saja yang ada di dalam indeks pembangunan manusia itu?
Namun pertanyaan Paslon Nomor Urut (01) kosong satu oleh Calon Bupati SN tidak dijawab oleh Calon Bupati Nomor Urut (03) kosong tiga Kim Taolin, tetapi diberikan kode kepada wakilnya untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Secara terang-terangan di layar Publik, Kim Taolin diam membisu dan melipat tangan sambil mendengarkan jawaban dari wakilnya tanpa berkutik karena tak memiliki konsep dalam pikiran. Padahal ini dalam debat calon Bupati, Bukan Wakil Bupati.
Karena itu atas pertanyaan Paslon Nomor urut (01) kosong satu harus ditanggapi oleh Wakilnya-EBA yang disebut Wakil Bupati (2) dua dari Paslon Nomor Urut (03) kosong tiga, KITA-EBA.
Dalam tanggapan Paslon Nomor urut (03) oleh EBA selaku wakilnya bahwa, sekmen-sekmen yang berkaitan dengan indeks pembangunan Manusia adalah jumlah tenaga didik dan jumlah serjana yang dihasilkan, selain itu ada beberapa komponen yang berkaitan langsung dengan dunia pendidikan. Yakni, jumlah guru dan kopetensinya dan sarana prasarana pendukung. Sekolah ada laboratoriumnya atau tidak, ada perpustakaannya atau tidak. kalau ada berarti IPM-nya tinggi. Kalau belum ada IPM-nya rendah.
Dalam jawabannya, EBA Menambahkan, di malaka untuk guru honorer, untuk honor komite dihargai dengan 150rb perbulan dan ini perhatian pemerintah sangat rendah. Padahal DAU spesifik gren di pendidikan itu sangat besar, anggaran yang besar ini kenapa tidak dipakai untuk memperhatikan guru honor yang merana ini. Jadi kedepan kami harapkan pemamfaatan dan ASG pendidikan diperhatikan penuh untuk diperhatikan dunia pendidikan.
Dengan jawaban yang meleset, SN Tak merasa puas dan pertanyaan Paslon Nomor urut (01) kosong satu, Calon Bupati SN kembali menanggapi bahwa belum menemukan jawaban dari pertanyaan atau dari tanggapan paslon Nomor urut (03) kosong tiga.
Oleh karena itu, Paslon Nomor Urut (01) kosong satu melalui Calon Bupati SN kembali menanggapi bahwa dirinya belum menemukan jawabannya.
Kemudian SN Kembali menjelaskan pertanyaan saya itu terkait sekmem atau unsur-unsur apa yang ada di dalam indeks lembangunan manusia itu?
Paslon Nomor Urut (01) kosong satupun kemudian menjelaskan kepada paslon Nomor Urut (03) kosong tiga. Bahwa yang pertama, saudara paslon Nomor Urut (03) tolong diatensi betul, bahwa ada tiga unsur dalam indeks pembangunan manusia itu.
“Yang pertama soal usia harapan hidup. Kita mau mendukung indeks pembangunan manusia salah satu indeks harapan hidup harus kita tahu persis. Ada manusia-manusia di malaka yang harus kita perhatikan, itu salah satu sekmen. Sehingga kita berdebat soal kesehatan karena kita musti memperhatikan betul usia harapan hidup dari Masyarakat kita. Yang kedua itu bagaimana mereka bisa membaca dan menulis, karena itu pendidikan benar-benar dibutuhkan tetapi kita harus mulai dari hal-hal yang paling mendasar. Kalau orang baca dan tulis saja belum bisa maka itu tugas kita. Sehingga kenapa pemerintah ini mau supaya sekolah-sekolah ini ada Akreditasi (A) supaya bisa membuktikan Indeks pembangunan manusia bisa diukur, salah satunya soal membaca dan menulis dan bisa berbicara. Sedangkan sekmen yang ketiga itu, bagaimana daya beli dari masyarakat ini Kita bisa melihat dari tiga hal itu. Karena bicara indeks pembangunan manusia tidak hanya kita berbicara satu dimensi. Sebab, itu adalah konesep-konsep yang dianut dan mendunia untuk bicara soal indeks pembangunan manusia itu. Dan itu tiga hal yang harus kita perhatikan,” jelas SN Calon Bupati nomor urut (01) kosong satu kepada paslon Nomor Urut (03) kosong tiga, paslon KITA-EBA dimeriahkan dengan tepuk tangan dari para pendukung Paslon (01) kosong satu, SN-FBN.
Kemudia, paslon Nomor Urut (03) kosong tiga, KITA-EBA kembali menanggapi penjelasan dari Paslon Nomor Urut (03) kosong tiga dan mengakui bahwa, “memang betul sekmen-sekmennya seperti Bapak sebutkan,” Akui paslon Nomor Urut (03) kosong tiga KITA-EBA oleh EBA selaku Wakil paslon Nomor Urut (03) kosong tiga dan dimeriahkan dengan tepuk tangan dari paslon Nomor Urut (01) kosong satu, SN-FBN.
Lebih disayangkan, dalam debat Bupati tersebut, Kim Taolin tidak berkutik dan diam membisu karena tak memiliki Konsep dalam pemikirannya. Sehingga Kim Taolin selaku Calon Bupati hanya memberikan kepada wakilnya untuk menjawab pertanyaan dari paslon Nomor Urut (01) kosong satu walau dengan bertati-tati.***
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.